Patung Maria Pieta di Soppeng diimpor langsung dari Vatikan pada masa penjajahan Belanda. Keberadaan patung di Soppeng sebenarnya tidak direncanakan. Pastor lokal yaitu Pastor Emmanuel Asi, menyebut bahwa patung itu diimpor langsung dari Vatikan pada masa penjajahan Belanda. Awalnya, bangsa kolonial bermaksud menyebarkan ajaran Katolik di Bandung, tetapi karena pada masa itu Soppeng dianggap sebagai salah satu tempat yang paling aman dan damai, patung tersebut akhirnya disembunyikan di Soppeng. Hingga Indonesia meraih kemerdekaan, patung itu tetap berada di Soppeng. Pastor Leo Blot, CICM, adalah sosok yang membawa patung tersebut dan menyembunyikannya di Soppeng. Ia merupakan anggota militer Belanda sekaligus orang pertama yang ditunjuk menjadi pastor di gereja tersebut.
Salah satu wisata religi di Soppeng adalah Patung Maria Pieta. Patung Bunda Maria Pieta telah berada di Soppeng sejak tahun 1971, ketika Pastor Yomblot untuk pertama kalinya merintis gereja ini. Patung Maria Pieta yang terletak di Gereja Katolik, Jl. Samudra, Kecamatan Lalabata, Soppeng, menjadi bukti sejarah masuknya umat Katolik ke Soppeng.
Alasan penempatan Patung Pieta di Soppeng adalah untuk mendukung umat Katolik yang merupakan minoritas di kota Kalong. Patung ini berfungsi sebagai penopang untuk memberikan ketenangan dan kekuatan kepada komunitas umat Katolik melalui doa-doa mereka. Patung ini telah menjadi bagian dari warisan budaya di Soppeng.
Lokasi gereja ini berada sekitar 20 menit dari pusat kota. Patung Pieta menggambarkan sosok Bunda Maria yang sedang memegang tubuh putranya, Yesus Kristus, yang telah wafat di kayu salib. Pengorbanan ini sangat luar biasa. Keunikan inilah yang membuat ribuan umat Katolik berbondong-bondong datang sepanjang bulan Mei yang dirayakan sebagai Bulan Maria, dan Oktober sebagai Bulan Rosario. Penduduk lokal dari berbagai agama juga turut membantu menyediakan makanan hingga penginapan bagi para wisatawan.