Keraton Kesultanan Ternate – Istana ini dibangun pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali di Bukit Limau Santosa dan memiliki luas 44.560 m². Bangunan Keraton Kesultanan Ternate berbentuk segi delapan dengan dua anak tangga utama di bagian sebelah kiri dan bagian sebelah kanan depan. Desainnya menggambarkan seekor singa yang sedang duduk.
Wilayah keraton menjadi pilihan utama dalam pemetaan lokasi sebagai tempat bersejarah pertama yang cukup mendunia di masa lalu. Kawasan ini tidak hanya mencakup bangunan keraton saja, akan tetapi juga beberapa situs penting lainnya, seperti masjid kerajaan, Ngara Lamo (tempat pertemuan para dewan adat), Benteng Naka, Sunyie Lamo (alun-alun utama), dan Air Sentosa (air keramat). Selain peninggalan fisik (teraga), kawasan ini juga menjadi fokus pemetaan karena memili nilai-nilai penting, ritual-ritual sakral, serta hukum adat yang diwariskan.
Keraton Kesultanan Ternate merupakan salah satu situs bersejarah di daerah Ternate. Di dalam istana ini terdapat cukup banyak peninggalan sejarah yang sengaja ditampilkan menyerupai ruangan-ruangan di museum. Beberapa barang bersejarah yang dipamerkan antara lain adalah jubah hadiah dari Sang Raja Arab Saudi, pohon palem kembar sebagai penghormatan dari Raja Sangihe kepada Sultan Ternate pada tahun 1750, dan lain sebagainya.
Istana ini juga menyimpan mahkota Sultan. Konon katanya, rambut pada mahkota tersebut terus tumbuh meskipun tidak digunakan. Setiap pagi, di halaman depan istana diadakan upacara pengibaran tiga bendera, sementara penurunan bendera dilakukan pada waktu sore hari. Prosesi pengibaran dan penurunan bendera selalu dilakukan tepat pukul 6 pagi dan 6 sore, baik dalam kondisi panas terik maupun badai sekalipun.
Dalam pandangan masyarakat Maluku Utara, Keraton Kesultanan Ternate merupakan wujud kekayaan alam dan budaya Maluku Kie Raha yang tercermin dalam kearifan lokal, tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat. Keberagaman, keunikan, dan keindahan tersebut tidak hanya sekedar menjadi aset budaya masyarakat Maluku Utara saja, akan tetapi juga milik bangsa Indonesia yang harus dilestarikan sebagai warisan untuk generasi yang akan datang.