Kasongan adalah nama sebuah tempat atau desa wisata populer di kawasan Bantul, Yogyakarta yang terkenal dengan kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di kawasan Dusun Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Malang, Bantul, Yogyakarta, sekitar 6 km dari Alun-Alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan.
Sejarah dari Desa Wisata Kasongan
Kasongan awalnya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, di areal persawahan milik salah satu warga ditemukan seekor kuda mati. Kuda itu diduga milik seorang perwira Belanda. Sejak masa pendudukan Belanda, masyarakat yang memiliki tanah segera melepaskan ketakutannya bahwa hak atas tanahnya tidak diakui lagi di kemudian hari. Ketakutan juga sering terjadi pada masyarakat lain yang mempunyai sawah disekitarnya yang pada akhirnya juga melepaskan hak atas tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, warga desa lainnya langsung mengakui tanah tersebut. Warga yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi perajin keramik yang awalnya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah ketika disatukan. Lahan tersebut sebenarnya hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun berkat ketekunan dan tradisi turun temurun, Desa Wisata Kasongan akhirnya menjadi cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Kasongan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) ikut mengembangkan Kasongan dengan cara membina komunitas-komunitas yang sebagian besar adalah perajin dengan memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil pada desain gerabah sehingga menjadikan gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan seni dan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Keramik Kasongan dikomersialkan secara besar-besaran oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
Kerajinan gerabah yang dihasilkan oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai motif (merak, naga, bunga mawar dan masih banyak lainnya), pot dengan berbagai ukuran (mulai dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, bingkai, hiasan dinding, furniture seperti meja dan kursi, dan lain-lain. Namun kemudian berkembang ragam produk antara lain bunga artifisial dari daun pisang, furniture bambu, topeng-topengan dan masih banyak lagi lainnya. Hasil kerajinannya berkualitas baik dan telah diekspor ke luar negeri seperti Eropa dan Amerika. Desa ini biasanya sangat ramai dikunjungi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.